Bandung – Kerja sama Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata (STIEPAR) YAPARI dengan Eurasia Jepang dalam program “Stiepar-Eurasia International Short Course” kini telah memasuki sesi ke-9. Kali ini tema yang diusung adalah “Maju Bersama dalam Persamaan dan Perbedaan” dalam konteks Asean Community dan Pengembangan Kebudayaan. Tampil sebagai narasumber dalam kegiatan ini adalah Dr. Lina Meilinawati Rahayu (Dosen Universitas Padjadjaran) yang dipandu oleh moderator Dr. Emron Edison, S.E., M.M. (Ketua Program Studi S1 Manajemen Kekhususan Pariwisata STIEPAR YAPARI). Jumat (18/03/2022).
Kegiatan “Stiepar-Eurasia International Short Course” ini dilaksanakan secara daring di kampus STIEPAR YAPARI, Jalan Prof. Dr. Sutami No.81-83, Sukarasa, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat. Hadir dalam kegiatan tersebut para mahasiswa dan dosen STIEPAR) YAPARI. Sebelum pemaparan materi oleh narasumber, acara dibuka dengan sambutan dari Ketua STIEPAR YAPARI yang diwakili oleh Dr. Taufiq Hidayat, S.Sos., M.M. (Wakil Ketua Bidang Akademik dan Kemahasiswaan).
Lina menyampaikan tiga pilar utama Asean Community yakni Asean Political Security, Asean Economic Community, dan Asean Social-Cultural Community.
Baca juga:
Uniknya Perpustakaan Kampus Peradaban UINAM
|
“Pada aspek pengembangan Kebudayaan, terdapat beberapa hal yang telah dilakukan di antaranya Asean International Festival Film & Award (AIFFA) yang merupakan festival seni budaya dan film yang dilaksanakan dua tahun sekali, ASEAN Contemporary Dance Festival (ACDF). Pada sektor pariwisata telah ada penandatangan kesepakatan bersama dalam lingkup ASEAN bernama ASEAN Tourism Agreement atau ATA, ” ungkap Dosen Universitas Padjadjaran (Unpad) tersebut dalam paparannya.
“Selain itu, “ tambah Lina, “Berbagai workshop dan simposium turut dilaksanakan seperti ASEAN Culture Week, ASEAN Youth Camp, ASEAN Quiz, dan pertukaran kunjungan antar seniman ASEAN.”
Lebih jauh Lina menegaskan bahwa membangun kebudayaan sama halnya dengan membangun identitas diri.
“Hal yang lebih penting adalah setiap bangsa harus membangun identitasnya. Seperti contoh jika akan membangun identitas nasional Indonesia maka terdapat beberapa unsur-unsur pembentuknya meliputi Pancasila, Bahasa Indonesia, Bendera Merah Putih, Lagu Indonesia Raya, Burung Garuda, Bhinneka Tunggal Ika, UUD 1945, Kebudayaan, dan bentuk negara, ” jelas Lina dengan semangat.
Menurut Lina, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tentunya tidak lepas dari nilai perbedaan dan persamaan. Menurutnya, kedua hal tersebut hendaknya dijadikan sebagai sebuah kekuatan. Oleh karena itu diperlukan arah kebijakan budaya.
“Arah yang ditetapkan untuk membangun kebudayaan terutama yang berkaitan dengan tradisi salah satunya diharapkan mampu menjadi komoditas untuk dipasarkan sebagai atraksi wisata. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan mendompleng tradisi pada budaya populer, ” jelas Dosen Unpad tersebut.
Pemaparan materi berlangsung sangat menarik dan diakhiri dengan sesi diskusi yang melibatkan dosen dan mahasiswa.
Terdapat beberapa catatan penting bahwa menjadi warga ASEAN harus menciptakan rasa ke-kita-an (WE feeling) terhadap ASEAN.
“Dengan cara memiliki identitas diri yang kokoh serta masyarakat ASEAN dapat lebih mengenali keragaman budaya negara anggota, saling menghargai identitas nasional masing-masing, ” pungkas Lina.
***
Editor: JHK